Berdasarkan angket yang telah di bagikan kepada siswa - siswi farmasi ITB, saya mendapatkan hasil berupa pendapat dan solusi dari masalah rokok yang sedang kita hadapi untuk saat ini. Mungkin hanya sebagian yang mengetahui bahaya merokok. Tetapi setiap orang memiliki pandapat dan solusi yang bermacam - macam untuk mengatasi bahaya tersebut.
Pendapat Mahasiswa Farmasi:
-
Kampus bebas rokok! (Sound cool!)
-
Ayo, kita peduli dimulai dari
diri kita sendiri!
-
Starts
from ourself! No smokes! Be healthy!!
-
Rokok = silent killer
-
Indahnya dunia tanpa rokok!!!
-
Hmm… kalau mau, farmasi dulu aja
yang di”bebas”kan dari rokok! (sebagai mahasiswa berbasis kesehatan)
-
Buat perokok: kalau merokok,
asapnya ditelan saja, sekalian sama rokoknya, biar tidak merugikan orang lain.
-
Bagi yang merokok, kalian telah
menjadi pembunuh yang membunuh makhluk lain perlahan-lahan.
- Ingin kampus bebas dari “segala
yang jorok dan merugikan”.
- Tapi kalau rokok-rokok-an dari
permen/coklat gitu boleh kan? Kan tidak ada asapnya…
- Kalau menurut saya, merokok itu
boleh-boleh saja, itu hak dia juga. Tapi kalau bisa ada ruangan sendiri dengan
ventilasi khusus jadi tidak mengganggu lingkungan sekitar.
- Ayo, yang pacarnya atau dirinya
sendiri suka merokok, mulai jalankan program ‘no rokok’ dari diri sendiri dan
orang-orang terdekat!
- Kalau yang merokok harusnya bawa
tanaman ke mana-mana, ya?! Biar tidak merugikan atau dihisap orang-orang di
sekitarnya! (Bawa tanaman lidah mertua,
bisa menyerap polutan!)
- Saya tidak merokok tapi sering
merasa dirugikan. Lebih rugi daripada orang yang merokok. Belum lagi abunya
terbang dan menempel di kerudung, kerudung jadi bau rokok. Kadang suka kesal,
tidak ada bagusnya sama sekali. Kalau mau membuat paru-paru bolong, sebaiknya
sendiri saja! Tidak perlu dibagi-bagi ke orang lain!
-
Setuju bebas rokok! Soalnya saya
tidak suka menghisap asap rokok orang!!!
-
Saya pernah kena ISPA gara-gara
jadi perokok pasif. Jangan sampai kamu juga!!!
-
Setuju dengan programnya
Farmashare yang membuat “SMOKING AREA”
di daerah Labtek VII. Masa kalah dengan himpunan lain yang akan membuat “No Smoking Area”
-
Sepertinya agak garang juga kalau
langsung berkata tidak boleh merokok, walaupun orang-orang juga lebih suka
kalau tidak merokok, tapi paling tidak perokok jangan merokok di tempat umum,
pastikan kanan-kiri-depan-belakang-atas-bawah itu udara bebas dan tidak ada
orang yang terganggu. Suka kesal kalau naik angkot, lagi pakai baju
cantik-cantik, rapi-rapi, terus gara-gara ada orang merokok, bajunya jadi bau rokok.
Argh!!!
-
Sudah tahu rokok isinya racun,
masih saja dihisap!
-
Merokok mempercepat kematian!
-
Jadikan kampus kita bebas rokok!
Minimal di labtek farmasi.
-
Kalau mahasiswa merokok, lebih
baik tidak perlu menjadi mahasiswa. Saying, uang negara buat bayar orang yang
cepat mati.
-
Supir angkot merokok, lebih baik
uangnya untuk makan anak-istri (golongan ekonomi menengah).
-
Kalau mau mati tidak usah
pelan-pelan dengan merokok, gantung diri saja langsung!
-
Seharusnya ada area merokok di
selasar lantai 1.
-
Kalau mau merusak diri, tidak
perlu ajak-ajak orang lain!
-
Kalau dengan cara berhenti
merokok, pasti susah untuk orang tertentu.
-
Ayo, tunjukkan intelektualitas
anak ITB yang dapat memilih mana yang baik dan buruk!
-
Kalau para lelaki yang merokok =
TIDAK SAYANG Anak-Istri
Kalau wanita yang merokok = TIDAK MAU PUNYA
Anak
Jadi, memang sebaiknya jangan!
-
Orang yang pintar dan berpikir
pasti tidak merokok.
-
Ayo, pilih yang terbaik untuk
kesehatan!
-
Coba kertas ini disebar ke
himpunan lain, reaksinya diperkirakan tidak sebagus ini. So, berpikiran luas,
ya kawan! Semangat!
-
Menghentikan orang yang merokok
(perokok aktif) lebih sulit daripada mencegah orang merokok. Ayo, mulai
pencegahan sejak dini!
-
Terserah kalau mau merokok, asal
tidak MERUGIKAN orang lain dan tidak di tempat PUBLIK!
-
Kata anak Fikom:
Rokok itu sumber inspirasi, jadi susah untuk
berhenti total.
Merokok = membunuh orang lain secara
perlahan. Bagaimana agar kita tidak terbunuh? Ya, merokok saja! (Nah lho…)
Memang sepertinya harus buat ‘smoking area’ kalau mau melarang.
-
Harusnya buat smoking area-nya di center. Di
negeri-negeri lain seperti itu, biar pada malu, entah mempan atau tidak kalau
di sini. Atau pakai helm astronot yang merokok biar tidak kena ke orang lain.
Harus pelan-pelan untuk menyadarkan mereka.
Kita juga yang bukan perokok, jangan sampai, ya teman-teman!
-
Silakan merokok di area merokok,
jangan dekati anak kecil, remaja, ibu hamil dan orang lanjut usia. Dan silakan
bertanggung jawab sendiri dengan segala manfaat dan resikonya.
-
Semua butuh komitmen!!! Komitmen
untuk berhenti…!
Beberapa solusi dari mahasiswa Farmasi:
-
Mereka yang perokok bukan berarti
mereka selalu nyaman dengan itu. Banyak dari mereka yang sadar akan buruknya
rokok dan sebenarnya sudah berusaha untuk berhenti, tapi kembali lagi, segala
sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan itu memang tidak mudah untuk diubah.
Jangan langsung memerangi mereka atau berpikir negative kepada mereka, tetapi
justru ajakan kita untuk membantu mereka dengan merangkul mereka itulah yang
lebih penting.
-
Teman, rokok itukan ada
nikotinnya yang bisa membuat aditif, mereka yang merokok tidak selalu karena
keinginan sendiri, ada faktor aditif yang sulit dihindari. Lebih baik kita
bantu mereka menurunkan faktor aditif itu dengan suatu cara tertentu. Para perokok
jangan diserang!
-
Kalau dilihat dari dua sisi, di
himpunan lain rokok sudah jadi budaya, bahkan bagi mereka justru rokok itu bisa
untuk mempererat tali kekeluargaan. Kakak kelas dan adik kelas jadi begitu
akrab karena rokok. Jadi, mungkin memang susah untuk menghentikan para perokok
tapi setidaknya kita mencegah orang-orang yang tidak merokok agar tidak ikut
merokok. Untuk orang-orang yang merokok, mungkin dapat dilakukan perubahan
sedikit-sedikit!
-
Ada banyak pertimbangan untuk
setiap langkah dan caranya! Kalau kita tiba-tiba membuat langsung “No Smoking Zone” di kampus, alih-alih
semua dukung, pasti ada yang menolak. Lihat di himpunan lain, tidak sebagus
antusias di sini. Mungkin ketika proses itu dibutuhkan langkah awalnya adalah
dilarang merokok di sembarang tempat (tempat umum, banyak orang ® sebenarnya ini kan inti protes perokok pasif).
Kalau masalah kita begitu peduli dengan
kesehatan mereka, kita cari jalan yang lebih baik, bukan hanya sekadar larang
merokok, karena beberapa perokok memang sebenarnya juga ingin berhenti tapi
karena banyak faktor.
Jadi, yang mau melarang orang untuk merokok, study lebih lanjut lagi saja tentang
rokok itu sendiri, jadi tepat langkah, tepat sasaran, tepat guna.
"Melakukan
perubahan itu mudah tetapi konsisten terhadap perubahan itu yang sulit!
Namun,
sesulit apapun itu, di mana ada kemauan, pasti ada jalan.
Segala
sesuatu itu butuh proses dan setiap proses itu butuh waktu!"
:D dewa.....
BalasHapus